Widget HTML #1

Riset Ungkap AI Bakal Lebih Boros Listrik ketimbang Tambang Bitcoin

 



Riset Ungkap AI Bakal Lebih Boros Listrik ketimbang Tambang Bitcoin

Mimedia.biz.id – Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun di balik inovasi tersebut, sebuah riset terbaru mengungkap sisi lain yang cukup mencemaskan: AI diprediksi akan mengonsumsi energi listrik lebih besar dibandingkan industri penambangan Bitcoin.

Prediksi ini bukan tanpa dasar. Seiring meningkatnya penggunaan model AI skala besar seperti ChatGPT, Gemini, Claude, dan lainnya, kebutuhan daya komputasi pun melonjak drastis. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang dampak AI terhadap konsumsi listrik global dan keberlanjutan lingkungan.


Laporan dari International Energy Agency (IEA)

Berdasarkan laporan dari International Energy Agency (IEA), konsumsi listrik dari pusat data (data center), sistem AI, dan mata uang kripto akan melonjak hingga 1.000 TWh (terawatt-hour) pada tahun 2026. Angka ini dua kali lipat dari konsumsi saat ini, dan sebagian besar didorong oleh ekspansi masif di bidang AI.

“Jika tren ini berlanjut, AI dapat menjadi teknologi paling boros energi dalam dekade ini, bahkan melebihi konsumsi Bitcoin,” ujar IEA dalam laporan resmi mereka.


Perbandingan AI vs Penambangan Bitcoin

Untuk memahami skala dampaknya, berikut adalah perbandingan konsumsi listrik AI dan penambangan Bitcoin menurut data tahun 2023–2026:

Tahun Konsumsi AI (perkiraan) Konsumsi Bitcoin (rata-rata)
2023 ± 85 TWh ± 120 TWh
2024 ± 150 TWh ± 135 TWh
2025 ± 260 TWh ± 145 TWh
2026 ± 400–450 TWh ± 150 TWh

Jika tren terus meningkat, maka pada 2026 AI diperkirakan akan mengonsumsi 3 kali lebih banyak listrik dibandingkan penambangan Bitcoin.


Kenapa AI Boros Energi?

Alasan utama AI boros energi adalah karena:

  • Model AI besar membutuhkan pelatihan intensif di data center dengan GPU kelas berat.

  • Permintaan layanan real-time seperti chatbot, AI generator gambar/video (misal Sora dari OpenAI), terus meningkat.

  • Proses inferensi juga memakan daya besar, terutama untuk aplikasi AI yang melayani jutaan pengguna per hari.

Menurut riset dari University of Massachusetts Amherst, pelatihan satu model AI skala besar seperti GPT-3 dapat menghasilkan emisi karbon setara 5 mobil seumur hidupnya.


Implikasi Lingkungan dan Infrastruktur

Lonjakan konsumsi listrik dari AI berdampak langsung pada:

  • Tingginya permintaan energi terbarukan dan infrastruktur listrik.

  • Naiknya biaya operasional data center, terutama di wilayah yang belum siap kapasitas daya.

  • Peningkatan emisi karbon, jika energi masih berasal dari batu bara atau bahan bakar fosil.

Beberapa negara bahkan mempertimbangkan regulasi khusus terkait konsumsi energi pusat data berbasis AI.


Respons Komunitas Teknologi

Beberapa pelaku industri mencoba merespons dengan solusi ramah lingkungan, seperti:

  • Microsoft berkomitmen mengurangi emisi karbon di pusat data mereka yang digunakan untuk Azure dan AI.

  • Google DeepMind mengembangkan teknologi AI untuk mengoptimalkan efisiensi pendinginan server.

  • OpenAI dan NVIDIA juga berinvestasi dalam GPU hemat energi dan pelatihan AI lebih efisien.

Meski begitu, risiko peningkatan konsumsi daya tetap menjadi perhatian utama global.


FAQ – Konsumsi Listrik AI vs Bitcoin

Q: Benarkah AI akan lebih boros listrik daripada Bitcoin?
A: Ya, menurut IEA, pada 2026 konsumsi listrik AI bisa mencapai lebih dari 400 TWh, jauh melebihi rata-rata konsumsi penambangan Bitcoin sekitar 150 TWh.

Q: Kenapa AI bisa mengonsumsi listrik sangat besar?
A: Karena proses pelatihan dan inferensi model AI membutuhkan banyak komputasi dari GPU kelas tinggi, dan data center berjalan 24/7.

Q: Apakah semua aplikasi AI boros energi?
A: Tidak semua, tapi model AI skala besar seperti LLM (Large Language Models) dan generator video adalah yang paling boros.

Q: Apakah ini berbahaya bagi lingkungan?
A: Ya, jika energi yang digunakan berasal dari sumber fosil, maka AI bisa memperparah emisi karbon global.

Q: Apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi hal ini?
A: Banyak perusahaan mulai beralih ke energi terbarukan, meningkatkan efisiensi pusat data, dan membuat model AI yang lebih hemat daya.


AI: Kemajuan Besar dengan Tagihan Energi yang Tak Kecil

Kecerdasan buatan menawarkan banyak manfaat bagi dunia, mulai dari otomasi hingga riset ilmiah. Namun di balik layar, teknologi ini juga menyimpan tantangan besar dalam hal konsumsi energi dan keberlanjutan.

Masa depan AI harus dibangun dengan kesadaran penuh akan dampak lingkungannya—agar teknologi ini tak hanya pintar, tapi juga bertanggung jawab.

Tetap ikuti kabar terbarunya hanya di Mimedia.biz.id, tempat di mana inovasi dan informasi bertemu.

Kategori: Teknologi, Energi, AI, Lingkungan
Tag: AI, Kecerdasan Buatan, Bitcoin, Konsumsi Listrik, IEA, Data Center, Emisi Karbon, Keberlanjutan, ChatGPT, Teknologi Hijau



Post a Comment for "Riset Ungkap AI Bakal Lebih Boros Listrik ketimbang Tambang Bitcoin"